Hukum memakai jilbab bagi wanita adalah wajib. Jadi salah besar jika ada yang mengatakan bahwa jilbab adalah hanya merupakan budaya orang arab, bukan merupakan ajaran Islam. Ini adalah pendapat liberal yang ingin menjauhkan jilbab dari sentuhan wanita-wanita muslimah. Hukum memakai jilbab bagi wanita ditegaskan Allah swt dalam Al Quran surah An-Nur ayat 31.
Firman Allah swt:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…” (Qs.An-Nur:31).
“Buat Apa Berkerudung Kalau Kelakuan Rusak” Benarkah?
Perempuan
yang baik adalah yang bagus agamanya, yang dimaksud ‘agamanya’ adalah agama
dalam hati bukan dalam penampilan. Pertanyaan, “Berarti lebih bagus perempuan
tidak berkerudung tapi baik kelakuannya (beragama) daripada perempuan
berkerudung yang tidak beragama (tidak baik kelakuannya)? Jawab: “Yang lebih
bagus adalah perempuan yang berkerudung dan beragama sekaligus.”
Kenapa?
Realitas
memperlihatkan kepada kita bahwa perempuan berkerudung lebih banyak yang
beragama ketimbang perempuan yang tidak memakai kerudung.
Jika ada perempuan
tak memakai kerudung tapi beragama (berakhlaq), maka itu adalah pengecualian
dari perempuan-perempuan tak berkerudung yang rata-rata kurang berakhlaq.
Begitu pula jika
ada perempuan berkerudung tapi tidak/kurang beragama, maka itu adalah
pengecualian dari perempuan-perempuan berkerudung yang rata-rata beragama.
Kerudung adalah
setengah petunjuk kalau wanita yang memakai kerudung tersebut adalah wanita
beragama, setengahnya lagi adalah hati atau perilaku kesehariannya.
Bila perilaku
keseharian seorang wanita muslimah sudah bagus namun belum berkerudung, segera
lengkapi dengan kerudung, agar setengahnya terlengkapi dan menjadi sempurna.
Begitu pula jika seorang wanita muslimah sudah berkerudung, namun akhlaq atau
perilaku kesehariannya masih tidak baik, segera lengkapi dengan akhlaq yang
baik, agar setengahnya terlengkapi dan menjadi sempurna.
Jadi, jangan ada
lagi orang yang berkata “Buat apa berkerudung kalau kelakuan seperti wanita tak
beragama (tidak baik), lebih baik tidak berkerudung!!”
Pernyataan itu
keliru karena beberapa alasan:
Pertama: Alasan
Syar’i
Pernyataan tersebut
sama dengan menyeru perempuan untuk melanggar apa yang telah Allah perintahkan
kepada wanita muslimah. Di dalam Al-Quran Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ
وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ
ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً
رَّحِيماً
“Wahai Nabi,
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzaab:
59)
Kedua: Alasan Logis
Dikatakan
sebelumnya bahwa wanita muslimah yang baik akhlaqnya namun tak berkerudung baru
setengahnya menunjukkan kalau wanita tersebut beragama, karena setengahnya lagi
adalah kerudung, berarti wanita yang tidak baik kelakuannya dan tidak
berkerudung, tidak setengah pun menunjukkan bahwa wanita tersebut beragama.
Maka, bukankah ini lebih parah nilainya di mata agama? Oleh karena itulah
pernyataan di atas tidak menjadi solusi yang tepat.
Solusi yang Tepat
Bagi wanita
muslimah yang sudah berkerudung dan merasa kalau akhlaq atau perilakunya masih
jauh dari akhlaq seorang wanita muslimah yang sebenarnya, tidak perlu terhasut
dengan pernyataan “Buat apa pakai kerudung, kalau…. dst” lantas melepas
kerudungnya karena malu.
Solusi yang bijak
adalah, biarkan kerudung itu tetap melekat bersamanya sembari berusaha untuk
terus mengadakan perbaikan akhlaq atau perilakunya.
Pernyataan Lain
“Kerudungi hati
dulu, baru kerudungi penampilan”. Jika pernyataan ini memang pernah
terlontar dan pernah ada, alangkah bijak jika pernyataan ini kita ubah menjadi:
“Mengerudungi hati tak kalah penting dari mengerudungi penampilan”.
Tentang pernyataan
pertama, dikarenakan perbaikan akhlaq adalah proses berkesinambungan seumur
hidup yang jelas bukan instan, dan dikarenakan tak ada yang dapat menjamin
bagaimana dan seperti apa hari esok dalam kehidupan kita? Masih di atas bumi
kah atau di dalam perutnya? Masih memijak kah atau dipijak? Maka menunda
berkerudung dengan alasan memperbaiki akhlaq dulu adalah sesuatu yang tidak
semestinya dilakukan oleh wanita muslimah mana pun.
Adapun pernyataan
kedua, memang demikianlah adanya, bacalah Al-Quran dan tadabburi maknanya, maka
kita temukan bahwa hampir setiap kali Allah berfirman tentang wanita muslimah
yang baik (beragama), isinya adalah tentang “Bagaimana seharusnya wanita
muslimah itu berperilaku?” selebihnya adalah tentang “Bagaimana seharusnya
wanita muslimah itu berpenampilan?”. Jika berkenan bacalah QS. An-Nur ayat 31,
At-Tahrim ayat 5, 10, 11 dan 12, dan seterusnya.
Pernyataan
berikutnya adalah:
“Kerudung itu bukan
inti dari Islam!” Ya, saya pribadi setuju, memang bukan inti dari Islam, tapi
bagian penting dari Islam yang jika bagian itu tidak ada, maka terlalu sulit
untuk dikatakan “Ini Islam” sama sulitnya untuk dikatakan “Ini bukan Islam”.
Dikatakan wanita
muslimah sulit karena tidak pernah mau pakai kerudung, dikatakan bukan wanita
muslimah juga sulit, karena shalat, zakat dan ibadah-ibadah lainnya tetap
dikerjakan, juga akhlaqnya adalah akhlaq wanita muslimah.
Kalau saya
ibaratkan, hal ini seperti bangunan rumah yang tak nampak seperti rumah, namun
lebih tampak seperti gudang; berjendela tanpa kaca, tanpa lantai ubin, dan
tanpa atap dan seterusnya.
Dikatakan rumah
sulit, karena dari luar hampir tak dapat dibedakan dengan gudang. Dikatakan
bukan rumah juga sulit, karena ternyata penghuninya lengkap, pasangan suami
istri dan satu anak lelaki.
Jendela berkaca,
pintu, atap, dan lantai ubin memang bukan bagian inti dari rumah, tapi tanpa
adanya semua itu, sebuah bangunan akan kehilangan identitasnya sebagai rumah,
konsekuensinya, orang-orang akan menyangka kalau bangunan tersebut adalah
gudang tak berpenghuni.
Kerudung atau
jilbab adalah identitas seorang muslimah (wanita beragama Islam). Kerudung lah
yang memberi isyarat kepada lelaki-lelaki muslim bahkan semua lelaki bahwa yang
mengenakannya adalah wanita terhormat, sehingga sangat tidak pantas direndahkan
dalam pandangan mereka, kata-kata mereka, maupun perbuatan mereka (para
lelaki).
Allah SWT
berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل
لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن
جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ
غَفُوراً رَّحِيماً
“Wahai Nabi,
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al-Ahzaab: 59)
Kesimpulan
“Identitas
seorang wanita muslimah itu adalah jilbab dan akhlaqnya, akhlaq tanpa jilbab
kurang, sama kurangnya dengan jilbab tanpa akhlaq”.
10 alasan wanita enggan berjilbab
1. Jilbab tidak menarik.
Jawabnya seorang wanita muslimah harus sudi menerima kebenaran
agama Islam, dan tidak mempermasalahkan senang atau tidak senang. Sebab rasa
senangnya itu diukur dengan barometer hawa nafsu yang menguasai dirinya.
2. Takut durhaka kepada orang tuanya yang melarangnya berpakaian
jilbab.
Jawabnya adalah Rasulullah SAW telah mengatakan agar tidak
mematuhi seorang makhluk dalam durhaka kepada-Nya.
3. Tidak bisa membeli pakaian yang banyak memerlukan kain.
Jawabannya, orang yang mengatakan alasan seperti itu adalah
karena (pertama) ia benar-benar sangat miskin sehingga tidak mampu membeli
pakaian Islami. Atau (kedua) karena dia Cuma alasan saja, sebab ia lebih
menyukai pakaian yang bugil sehingga tampak lekuk tubuhnya atau paha mulusnya
bisa kelihatan orang.
4. Karena merasa gerah dan panas.
Jawabannya, wanita muslimah di Arab yang udaranya lebih panas
saja mampu mengenakan pakaian Islami, mengapa di negara lainnya tidak? Dan
orang yang merasa gerah dan panas mengenakan pakaian Islami, mereka tidak
menyadari tentang panasnya api neraka bagi orang yang membuka aurat. Syetan
telah telah menggelincirkan, sehingga mereka terasa bebas dari panasnya dunia,
tetapi mengantarkannya kepada panas api neraka.
5. Takut tidak istiqamah.
Mereka melihat contoh wanita muslimah yang kurang baik ‘Buat
apa mengenakan jilbab sementara, Cuma pertama saja rajin, nanti juga dilepas’.
Jawabannya adalah mereka mengambil sample (contoh) yang tidak cocok, bukan
wanita yang ideal (yang istiqamah) menjalankannya. Ia mengatakan hanya untuk
menyelamatkan dirinya. Dan ia tidak mau mengenakan jilbab karena takut tidak
istiqamah. Kalau saja semua orang berfikir demikian, tentunya mereka akan
meninggalkan agama secara keseluruhan. Orang tidak akan shalat sama sekali
karena takut tidak istiqamah, begitu pula puasa dan ibadah lainnya.
6. Takut tidak laku kawin, jadi selama ia belum menikah, maka ia
tidak mengenakan jilbab.
Jawabannya, adalah ucapan itu sebenarnya tidak sebenarnya.
Justru berakibat buruk pada dirinya sendiri. Sesungguhnya perkawinan adalah
nikmat dari Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki. Sebagian
besar orang audah meyakini bahwa jodoh di tangan Tuhan. Betapa banyak gadis
yang berjlbab dan menutup aurat dalam berbusana tetapi lebih cepat mendapatkan
jodoh dibandingkan mereka yang berpakaian seksi. Karena wanita yang menyukai
pakaian seksi akan dijadikan permainan bagi laki-laki iseng. Gadis-gadis
berpakaian seksi dipandang sebagai gadis murahan. Sesungguhnya suami-suami yang
menyukai wanita-wanita yang berpakaian ‘berani’, setengah bugil atau beneran,
membuka aurat dan bermaksiat kepada Allah adalah bukan tipe suami yang baik,
yang shalih dan berjiwa besar. Ia tidak punya rasa cemburu sama sekali terhadap
larangan-larangan Allah dan tidak dapat memberikan pertolongan kepada isterinya
kelak. Jadi jika wanita yang menyukai pakaian seksi atau melepaskan jilbab
dengan tujuan mendapatkan jodoh yang baik, maka hal itu sungguh merupakan suatu
kebodohan.
7. Menampakkan anugerah tubuh yang indah atau ingin menghargai kenikmatan
yang diberikan Allah kepadanya.
Jawabnya menghargai atau bersyukur itu dengan porsi yang benar.
Bersyukur itu dengan mengahrgai perintah-Nya, yakni menjaga aurat, bukan dengan
mengobralnya.
8. Belum mendapat hidayah, jilbab itu ibadah.
Jika Allah memberi hidayah, pasti kami akan mengenakannya.
Jawabnya, Allah menciptakan segala sesuatu itu ada sebab-sebabnya. Misalnya
orang yang sakit jika ingin sembuh hendaknya menempuh sebab-sebab bagi
kesembuhannya. Adapun sebab yang harus ditempuh adalah berikhtiar dan berobat.
Sebab orang kenyang karena makan, dsb. Maka demikian pula orang yang ingin
mendapatkan hidayah itu harus menempuh sebab-sebab datangnya hidayah yakni
dengan mematuhi perintah-Nya mengenakan jilbab.
9. Belum waktunya.
Sebagian ada yang berkata bahwa mengenakan jilbab itu harus
tepat waktunya, misalnya karena masih anak2 atau masih remaja. Ada yang akan
mengenakannya jika sudah tua. Atau jika sudah menunaikan ibadah haji. Jawabnya
adalah alasan mengulur-ulur waktu itu hanyalah sebagai sekedar dalil pembenaran
saja. Itu sama artinya dengan orang yang menunda-nunda shalat, menunggu sampai
ia berusia tua. Apakah kita tahu kapan kita akan meninggal dunia? Sedangkan
mati itu tdk mengenal usia, tua maupun muda.
10. Tdk mau dianggap sebagai orang yang mengikuti golongan
tertentu.
Jawabannya, bahwa anggapan ini karena dangkalnya pemahaman
terhadap Islam atau karena dibuat2 utk menutupi diri agar tidak dituduh
melanggar syari’at. Sesungguhnya di dalam Islam itu hanya ada dua golongan,
yaitu golongan Hizbullah, golongan yang senantiasa menaati perintah Allah &
golongan Hizbus Syaithan, yakni golongan yang melanggar perintah Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar